Kamis, 05 Juli 2012

4 musim di Jepang


Autumn is a second spring where every leaf is a flower  – Albert Camus
Kala belajar di luar negeri, selain bergelut dengan penelitian dan perkuliahan, mempelajari budaya negara setempat juga tak kalah penting. Apalagi di negara maju yang berada di kawasan subtropis seperti Jepang, perbedaan musim memengaruhi pola kehidupan masyarakatnya. Ada musim semi, panas, gugur, dan dingin. Yuk, mengenal musim-musim di Jepang serta aktivitas yang dilakukan pada setiap musim.
Musim Semi


Hanami di Taman Bizan, dok.pribadi


Musim semi atau haru terjadi Maret hingga Mei. Musim ini sangat dinanti, baik oleh masyarakat Jepang maupun warga asing yang tinggal di ‘Negeri Matahari Terbit’. Sebab, pada musim ini bunga sakura bermekaran, mulai dari ujung selatan, Okinawa, lalu Pulau Kyushu, merambat ke Pulau Honshu, Shikoku, dan terakhir di Hokkaido yang berada di utara Jepang. Namun sayang, mekarnya bunga sakura tidak berlangsung lama, hanya satu hingga dua minggu, sekitar akhir Maret hingga awal April. Apalagi jika ada hujan atau angin kencang, sakura lebih cepat berguguran.
Saat sakura bermekaran, orang Jepang beramai-ramai melakukan pesta kecil bersama keluarga atau kerabat di bawah pohon sakura yang disebut dengan hanami. Kata hanami berasal dari hana yang berarti ‘bunga’ dan mi atau miru yang berarti ‘melihat’. Keluarga biasanya duduk bersama di atas tikar menikmati keindahan bunga sakura sambil bercerita, makan-makan, ataupun menggelar barbeku.
“Musim semi adalah yang ceria, seperti peribahasa Jepang ‘Fuyu kitarinaba, haru tookaraji’. Banyak orang memulai lembar baru mereka di musim semi, menjadi murid di sekolah baru, mahasiswa di universitas baru, pegawai di kantor yang baru, pindah ke rumah baru, dan menikah. Bunga-bunga negeri empat musim bermekaran teramat indah,” cerita Ibu Dewi, warga Yogyakarta yang sudah menetap di Tokushima lebih dari 10 tahun.
Musim Panas


Awa Odori di depan ribuan penonton, dok. pribadi


Setelah musim semi berakhir, tibalah musim panas dengan suhu udara bisa mencapai 35 derajat celsius. Di awal musim panas atau natsu akan sering turun hujan dan munculnya musi atsui atau panas beruap. Musim ini berlangsung dari awal Juni hingga akhir September. Juli dan Agustus menjadi puncak musim panas, yang diiringi dengan waktu siang yang lebih lama daripada malam. Matahari sudah terbit sekitar pukul 04.00 dan baru terbenam pada pukul 19.00.
Pada musim ini banyak festival yang diselenggarakan. Seperti hanabi matsuri (festival kembang api), tanabata matsuri (festival bintang), dan khusus di Kota Tokushima ada Awa odori (tari Awa). Setiap 12-15 Agustus, semua warga Tokushima libur untuk merayakan Awa odori. Mulai dari anak-anak hingga orang tua berkumpul bersama menari di jalan dan taman Kota Tokushima. Pada saat itu akses lalu lintas ditutup selama empat hari.
Musim Gugur


Putra-putri Ibu Dewi, salah satu WNI di Jepang, dok. pribadi


Musim gugur atau aki ditandai dengan perubahan suhu yang semakin dingin di akhir September hingga awal Desember. Dedaunan berubah warna menjadi merah atau momiji, dan berguguran. Seperti halnya musim semi, musim gugur menjadi saat yang menarik untuk menikmati pemandangan alam. Bila pada musim semi bunga-bunga bermekaran, di musim gugur kita bisa menikmati indahnya daun-daun yang berubah warna menjadi kemerahan.
Festival yang diadakan pada musim ini yaitu aki matsuri (festival musim gugur). Pada festival itu berbagai budaya Jepang ditampilkan, seperti peragaan kimono, seni bela diri, chado (upacara minum teh), hingga pasar kaget yang menjual aneka makanan khas Jepang. Tiap daerah mempunyai ciri khas tersendiri dalam merayakannya. Di beberapa kampus, anak muda Jepang merayakannya dengan menggelar panggung musik. Di samping itu, pada musim gugur petani memasuki musim panen, misalnya panen ubi dan jeruk.
Musim Dingin


Bermain ski bersama mahasiswa Universitas Tokushima, dok.pribadi


Suhu udara kota-kota di utara Jepang bisa mencapai minus derajat celsius. Musim dingin atau fuyu merupakan musim paling berat bagi orang Jepang karena mereka harus melawan suhu yang ekstrem. Musim ini pun berlangsung cukup lama, dari Desember hingga Februari. Pada musim ini, jika salju turun, jalanan menjadi berair dan licin. Mobil perlu memakai ban khusus agar tidak mudah tergelincir.
Di musim dingin ada yuki matsuri (festival salju) terbesar yang diadakan di Sapporo, Pulau Hokkaido. Wisatawan dari dalam dan luar negeri berdatangan ke festival yang berlangsung selama seminggu di awal Februari itu. Pada musim ini orang Jepang biasanya bermain ski, snowboard, dan membuat boneka salju.
Saat musim dingin, udara menjadi kering. Hal itu dapat menyebabkan bibir dan kulit pecah. Tak jarang di antara teman kami saat pertama kali menghadapi musim ini mengalami mimisan, keluar darah dari hidung.
“Musim dingin adalah saat yang paling tepat merasakan perjuangan menuntut ilmu di Jepang. Meskipun lebih enak tidur dan bermalas-malasan, sebagai mahasiswa mau tidak mau tetap harus belajar dan menjalankan penelitian,” ungkap Arif, 21, mahasiswa asal Semarang yang menyelesaikan S-2 di Universitas Tokushima. (M-6)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar