Senin, 25 Juni 2012

PROFIL, Biodata, Biografi SENIMAN

Herri 'solo' Soedjarwanto

 Herri yang dikenal sebagai seniman pelukis asal Solo, tapi 'numpang' lahir di Jombang ini, tergolong pelukis ‘otodidak’. Ia salah satu pewaris tekhnik realisme Dullah yang terpenting. Ia pernah menjadi murid Dullah dan sangat dekat dengan pelukis Istana Presiden Soekarno itu.. Bahkan selama 5 tahun (1978-83 ) Herri pernah tinggal serumah dengan ‘Raja Realisme’ itu, di “Sanggar Pejeng“ Bali. Tak heran bila kemudian Herri dikenal sangat menguasai tehnik Dullah, Sehingga pada saat itu, meskipun tercatat sebagai murid termuda, Herri diangkat sebagai asisten Dullah dan ditugasi untuk membimbing pelukis-pelukis Sanggar Pejeng lainnya.

Selain pada  Dullah, Herri Soedjarwanto juga berguru dan mendapat didikan visi misi kesenimanan dari S.Sudjojono ( Bapak seni lukis modern Indonesia ).
Saat ini, tahun  2010 , Herri diundang untuk mengajar di Fakultas Seni Rupa ISI Surakarta , Jurusan Seni Murni dengan status sebagai “Dosen Luar Biasa”.

Karya Herri Soedjarwanto
-Herri Soedjarwanto melukis berbagai tema. Dari keindahan alam, bunga, manusia yang menawarkan kesegaran dan kebahagiaan, sampai problem sosial kemanusiaan, yang membuat dahi berkerut... Dari tema umum yang bersahaja, sampai tema serius yang rumit dan berat.. Dia melukis semua itu dalam berbagai corak, dan tehnik ungkap, dari yang realis-naturalis sampai ke impresif-ekspresif.

Karyanya dikoleksi antara lain : Istana Negara RI, Jakarta - Museum Purna Bhakti Pertiwi (museum Pak Harto) Jakarta - Gedung Negara Grahadi, Surabaya - Wisma Lukisan TMII , Jakarta -. Museum Dullah Solo - Museum Rudana, Bali - Para tokoh, pejabat, kolektor dalam dan luar negeri, gallery ,dll.


Ada karyanya yang dimuat di dalam buku-buku yang diedarkan ke seluruh dunia.
 Lukisan yang berjudul "The Newly Wed Ari Putra and Hellena" ("Tatapan Cinta" ) dimuat dalam buku "BALI INSPIRES, MASTERPIECES OF INDONESIAN ART" ( tahun 2011) yang ditulis oleh JEAN COUTEAU (Perancis). 
Satu karyanya yang lain dimuat dalam buku:“Treasures of Bali, a Guide to Museums in Bali” terbitan 'Gateway Books International' berkolaborasi dengan 'Museums Association of Bali'. ( th 2006 )

Salah satu karyanya masuk Finalis Seni Lukis Tingkat Nasional : “ INDONESIAN ART AWARDS 1999 “ yang diadakan YSRI dan PHILIP MORRIS. Masuk seratus karya terbaik dari sekitar 3000an karya yang diseleksi. Kemudian 100 karya-karya itu dimuat dalam katalog pameran dan dipamerkan bersama dalam pameran bertajuk: “ A STROKE OF GENIUS disponsori PHILIP MORRIS ”
Pameran Lukisan-
Sejak th 1978, lebih dari 60 pameran di berbagai kota besar telah diikutinya.
Tiga pameran terakhir :
1)- Nopember 2009, Herri diundang Museum di Bali, untuk turut pameran “The Spirit of Balinese Art” bersama Srihadi Sudarsono, Nyoman Gunarsa, Made Wianta, Made Jirna, Ida Bagus Indra, Nyoman Erawan dll, Pameran berlangsung di InterContinental Bali Resort, Jimbaran..
2)- Pameran Seni Rupa "Ratu Kidul dan Dunia Mitos Kita" 
di Balai Soedjatmoko ( Bentara Budaya-nya Solo) tgl 24-30 April 2010,
( Pameran dikuti pelukis senior yang cukup ternama seperti Djoko Pekik, Ivan Sagito, Nasirun, I Gusti Nengah Nurata, Suatmadji dan lain-lain.)
3)-Bali Inspires : Art Exhibition : Inspiration from Bali to the World.  di Museum Rudana , Bali. 21-Mei-2011- dan seterusnya

*Catatan lain-lain:
־ Pada usia 18 th, diterbitkan karya pertamanya yang berupa  komik "Si Tongkat Sakti”( 7 jilid ) dengan naskah Asmaraman S Kho Ping Hoo. ( 1976 – 77 ).
־ Pada umur 20 th, karya lukis kolosalnya ( 2,5x 1,5 m ), untuk pertama kalinya,   terpajang di Istana Negara RI, Jakarta. 


Awalnya , 1978 – 1983 Herri aktif di “ Sanggar Pejeng “ Bali, asuhan Dullah.
*Th1979- Berdasarkan seleksi karya ia dipilih dan dipercaya Dullah, untuk menggarap lukisan “penting dan bergengsi” yang diincar oleh semua murid Dullah ketika itu. Sebuah lukisan besar kolosal tentang pak Harto (Presiden RI)
*Hal itu menjadi catatan sejarah penting bagi Herri: Pada umur 20 th, baru belajar setahun, karya lukis kolosalnya ( 2,5x 1, 5 m ), sudah terpajang di Istana Negara RI Jakarta. Kuratornya langsung Dullah sendiri setelah memilih dari puluhan muridnya, yang beberapa diantaranya bahkan sudah 9 tahun lebih belajar pada Dullah.**
*) Selanjutnya, raja Realisme Indonesia itu menunjuk Herri sebagai asistennya dengan tugas khusus sebagai pengajar dan pembimbing teknis melukis di studio maupun alam terbuka, selain tugas rutin lainnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar