Rabu, 20 Juni 2012

Sejarah AstroBoy

ASTRO BOY
ANAK "KAISAR" KOMIK JEPANG
(INTISARI/Januari 1995)
Dari sekian banyak buku komik dan film kartun asal Jepang yang beredar di Indonesia, salah satunya yang paling mencolok adalah komik dan kartun karya Ozamu Tezuka. Buku Astro Boy berikut serial tayangan filam kartun buatan Tezuka ini, bukan hanya indah ditonton namun memiliki latar belakang "sejarah" perkembangan komik Jepang dan dunia.
Dia bukan Superboy atau ksatria Baja Hitam cilik. Bocah kecil ini bukan pula anak sakti keturunan dewa-dewi, atau anak ajaib buatan tukang sihir sakti. Atom Boy, nama bocah kecil yang dapat terbang dan kerjanya suka menolong manusia ini, cuma "sebongkah" robot bersosok anak lelaki kecil bertampang lucu dan baik-baik.
Dari gambar kartun yang kaya imajinasi, serta pendekatan sains-fiksi dalam semua cerita serial serial komik Astro Boy itu, Atom Boy - sang jagoan robot cilik, boleh dikata mampu membasmi segala macam dan bentuk musuh-musuhnya. Tokoh jagoan sakti ini, paling-paling sempat ambruk atau kehilangan tenaga kalau energi baterai tubuhnya mulai berkurang - atau jaringan kabel badanya mendadak korsleting.
Anak profesor sinting Atom Boy dalam karya Tezuka, berawal kisahnya sejak ada profesor cendekia yang frustasi berat karena putra tunggalnya meninggal akibat kecelakaan. Profesor Tenba yang menteri pendidikan itu, segera mengerahkan segenap stafnya untuk membuat robot - sebagai pengganti Tobio almarhum putranya. Robot Tobio pun terbentuk, sayang robot tetap robot dan bukan anak manusia. Tobio hanya berupa boneka logam dan plastik yang serba pandai. Robot ini dapat berbicara lancar, bergerak hebat, dan berpikir istimewa. Namun satu hal membuat Prof. Tenba kesal, badan "putranya" tak berkembang seperti anak lelaki normal.
Saking kesal melihat putranya tak gede-gede dan bertumbuh akil balik. Prof. Tenba yang makin sinting itu menjual Tobio ke sirkus robot di Jepang. Tobio menjadi bintang dan makin terkenal sebagai robot yang dapat yang dapat mengontrol kekuatan dan indera penglihatan serta pendengarannya dari normal 5.000.000 kali lipat. Malah suatu kali, Tobio diadu kekuatan dan kepandaiannya dengan Tamao, "seorang" anak luar biasa asal planet luar angkasa. Tobio sebagai robot boy yang diprogram dan buatan spesial Prof. Tenba (ayah aslinya )selalu unggul.
Untung Tobio sebelum menjadi barang tontonan melalui Profesor Ochanomizu yang mengambil Tobio dan memoles robot ini supaya berperilaku sebagai anak manusia. Tobio pun diberi nama baru sebagai Atom Boy. Juga dalam pergaulan sosialnya, Atom Boy selalu mendapat pendamping dan penasihat dari seorang guru sekolah yang bijak - Guru Higeyoaji. Sang guru yang berkumis tebal selalu menjadi penengah untuk segala peristiwa petualangan muridnya - si Atom.
Prof. Ochanomizu yang berhidung mentimun menjadi bulan-bulanan bandit jahat dan musuhnya Atom Boy, selalu hadir dalam kisah seru Astro Boy. Cendekiawan ini pun sayang sekali kepada si Atom, hingga dia di awal seri komik ini buru-buru menciptakan sepasang orang tua robot buat si Atom, supaya nak robot itu memiliki emosi layaknya seorang bocah lelaki baik-baik.
Dari episode ke episode kisah seru Astro Boy yang dibuat sejak 1952 sampai akhir tahun 1960-an, Atom Boy dilukiskan bertualang kemana-mana, hanya membela kebenaran demi kebaikan manusia bumi. Atom Boy selain serba kuat dan hebat, sekali waktu dikisahkan melontarkan emosinya sebagai anak manusia. Misalnya Atom Boy dengan sedih antara lain suka berkata, "Memang aku ini robot bukan manusia. Mengapa nasibku begini?"
Ozamu Tezuka yang mencipta kisah gambar berbingkai ini memang memberikan sentuhan khusus buat tokohnya. Misalnya Tezuka menghadirkan Franskestein, dinosaurus, manusia purba, monster dan manusia jahat sebagai musuh Atom Boy, seakan-akan memperlihatkan kekayaan wawasannya dalam penciptaan figur-figur kartun yang sempurna. 

Seperti tayangan film
Ozamu Tezuka sejak kecil sudah fanatik dengan komik dan film kartun karya Walt Disney. Lelaki berbakat ini memang besar di saat yang tepat. Saat Jepang baru keranjingan komik - terutama setelah perang dunia II usai - Tezuka sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Osaka, malah membelot dari ilmu dasarnya. Dia memilih mengembangkan bakat menggambarnya dan menjadi pekomik profesional - khusus komik bagi anak-anak.

Tezuka yang lahir pada 1928 di Toyonaka-shi Osaka, pada tahun 1947 mulai beraksi dengan goresannya di lembaran kertas. Serial komik Ma-chan no Nikki-cho (Buku harian Ma-can) dimuat dalam Surat Kabar Mainichi Anak-anak Sekolah. Aka-hon atau "buku merah" demikian nama komik yang bersampul kertas merah yang banyak diecerkan di Matchamachi - pusat grosir mainan anak-anak di tengah kota Osaka.
Sebagai awal karyanya, Tezuka menggambar komik fiksi trilogi Tezuka - Dunia yang Hilang, Metropolis dan Dunia Masa Depan. Karyanya kontan disukai pembaca yang umumnya anak-anak. Lalu dalam karya Tezuka berikutnya, Pulau Harta Karun Baru, dunia komik Jepang betul-betul merasakan dan mengakui adanya komik Jepang dengan genre baru dan khas Tezuka. Dokter yang memilih profesi komikus ini langsung mematok namanya sebagai pekomik top Jepang selama 40-an tahun. hingga menjelang ajalnya 9 Februari 1989, seniman dan masyarakat komik mengakui dan menganugrahinya gelar "Kaisar" komik Jepang.
Di masa permulaannya mencipta komik sekaligus tokoh-tokohnya di tahun 1950-an, memang bersamaan dengan meledaknya "industri" buku komik di seantero Jepang. Dalam tahun-tahun itu juga, Jepang mulai memproduksi sendiri komik gayanya. Di samping itu Jepang dengan programa khusus bagi anak-anak mulai menyuburkan komik Jepang melalui tayangan rangkaian gambar bertutur atau kami-shibai. Ke 20 gambar sekuen ini diberi narasi tentang lakonnya.
Banyak orang keranjingan gambar bertutur ini, hingga suatu survai tahun 1953 memperkirakan lima juta pemirsa setia menanti selalu "komik TV" yang diisi tetap 10.000 artis dan naratornya. Beberapa cerita bersambung menjadi lakom pujaan pemirsanya, antara lain Ogon Batto atau Kelelawar Emas (kemudian menjadi serial komik). Lama kelamaan, artis ka-mi shibai ini beralih menjadi penggambar komik. Majalah komik mulai menjadi produksi bacaan penting. Pekomik terkenal di tahun 1950-an itu antara lain Sampei Shiraito dan Shigeru Mizuki. Dua seniman komik berpamor nasional -perangsang Tezuka untuk berkarya lebih lanjut.
Tezuka yang suka membaca dan menelaah toba-e, manga, dan terutama comic, lama kelamaan pikirannya mencuatkan ide baru karena ada rangsangan tersendiri. Tezuka merasakan betapa komik yang dibaca di masa mudanya, kurang gereget karena keterbatasan bingkai-bingkai gambar yang tak dinamik.
"Sajiannya cuma gambar dan pembaca seperti penonton suatu pementasan saja, di mana pemain lakon itu hanya keluar masuk dari kiri atau kanan, tanpa unsur tambahan dramatis yang menggoda psikologis. Makanya saya mulai memikirkan teknik sajian yang biasa digunakan dalam tayangan gambar hidup atau film. Ada teknik close-up dan sudut pengambilan gambar yang berbeda-beda. Saya pun mulai memperhatikan raut dan ekspresi muka tokoh komik saya, tak cuma dalam satu dua bingkai gambar - namun kalau perlu berlembar-lembar. Hsilnya memang indah dan hebat, namun jangan kaget kalau lakon komik saya bisa setebal 500 atau 600, bahkan sampai 1000 halaman," kata Tezuka dalam otobiografinya.
Shintakarajima atau Pulau Harta Karun Baru merupakan ciptaannya saat ia berumur 20 tahun. Tahun 1947. Tezuka menggebrak dunia komik Jepang dengan sajian gambar mirip film di layar. Tezuka melampiaskan obsesinya. Gambar demi gambar di buku komik itu, menghanyutkan pembacanya masuk dalam diri sang tokoh. Komik 200 halaman itu, tak jelas laris berapa banyak. Diperkirakan antara 400.000 - 800.000 eksemplar. Berawal dari komik yang bahan ceritanya dibuat Shichima Sakai. Tezuka makin melesat dengan komik rekaan benaknya, serta gambar indah dari tangannya.

"Saya percaya komik bukan hanya memancing pembacanya tertawa, namun juga bisa membawa pembacanya larut dalam perasaan sedih, marah, dan gembira. Juga komik saya tak semuanya harus happy ending," ucapnya sambil menguraikan nasib tokoh singa putih dalam serial trilogi Kerajaan Rimba (Jungle Taitei) buatan antara 1950-1954. Di komiknya ini, Tezuka mengisahkan "kepahlawanan" tiga generasi singa putih - Panja, Leo dan Rene - yang memiliki hati dan sikap macam manusia. (Serial singa putih ini, pernah terkenal dan disiarkan TVRI dengan episoda Kimba the White Lion).

Berwajah kartun Barat
Lalu fantasi Tezuka makin mengembara jauh. Dari pikiran dan tangannya lahir serial komik Atomu Tashi yang kemudian berubah judul menjadi Tetsuwan Atomu dengan tokoh Astro. Komik buatan tahun 1952-1966 ini beredar di Indonesia dengan judul Astro Boy, membuat nama Tezuka makin tertancap sebagai komikus unggulan Jepang. Kisah komik Tezuka memang bukan soal lucu-lucuan lagi. Tezuka mampu memasukkan unsur "psikologis" tokohnya walau cuma sebuah robot bocah dari logam dan bertenaga listrik.

Gaya komik Tezuka yang umumnya berdasarkan kisah sains fiksi, deketif, sejarah bahkan roman percintaan itu mulai ditiru pekomik lainnya. Tezuka memanfaatkan tintanya terhadap dunia sains dan teknologi serta kepeduliannya terhadap kehidupan manusia dan sejarahnya, sebagai, sebagai pijakannya bercerita melalui gambar kartun dan teks singkat. Goresan, pulasan, dan sapuan kuasnya menciptakan lembaran-lembaran komik baru yang memikat.
Tokoh komik Tezuka umumnya berwajah khas "komik barat" dengan mata bulat dan hidung besar. Tezuka pun tak segan-segan menghadirkan binatang buas dengan gambar indah. Bahkan dia sudah menghadirkan binatang purba dinosaurus nyaris sempurna 30-an tahun sebelum dinosaurus ala Jurrasic Park.
Khususnya Atom Boy yang diciptakan dalam rentangan waktu 15 tahun, Tezuka tetap dengan polanya. Tak ada perubahan fisik si anak robot itu. Juga "karakter" Atom Boy dari seri ke seri lainnya, tetap Atom Boy yang ksatria robot terbang cilik - namun tetap mewakilkan gambaran tindak-tanduknya yang kebocah-bocahan.
Tezuka dengan 10 asistennya, tiap hari bekerja dengan motto "tiada hari tanpa kreasi baru". Bayangan yang ada dalam benak Tezuka, langsung dituangkan dalam ide nyata berupa guratan pensil, serta pulasan tebal tinta hitam sebagai latar belakang kejadian kisahnya. Asistennya tinggal mempertegas garis pensil, serta menambahkan guratan detil dari sang tokoh, gedung, mobil, kostum, dan aksesori rincinya, berikut bingkai tiap gambar yang tak mesti berukuran sama. Tiap halaman hanya dapat satu bingkai gambar, tak jarang tiap halaman berisi sampai sembilan bingkai yang tak beraturan ukurannya.
Ketelitian dan kecepatan kerja Tezuka menjadi bahan gunjingan. Sebab sang "Kaisar" ini mampu menciptakan gambar komik rata-rata 300 halaman tiap bulan. Itu pun gambar komik lengkap dengan bingkai gambar detil dan teks bahasa balon sebagai dialog - ataupun keterangan peristiwanya.
Tak seperti bidadari
Atom Boy mulai meroket, saat Gold Key Comics dari AS menerbitkannya. Bulan September tahun 1963, komik Astro Boy menjadi komik pertama yang difilmkan untuk tayangan kartun televisi. Berbagai negeri meminta hak siaran kartun Atom Boy. Juga kartun ini pun mulai diberi warna dan terkena dubbing bahasa sesuai negara bersangkutan.
"Saya sering mendapat pertanyaan apakah Astro Boy itu komik favorit saya? Jawabnya sulit sekali, sebab seluruh tokoh yang saya ciptakan dalam komik itu semuanya saya favoritkan. Cuma memang ada perasaan senang dan gembira saat saya menggambar dan mengisahkan Atom Boy selama belasan tahun," jawab Tezuka dalam wawancara tahun 1987. "Dalam tayangan televisi di AS, Afrika, Timur Tengah, Amerika Selatan, Asia Tenggara terutama Hongkong dan Cina, Atom Boy menurut pemirsanya memang begitu baik dan manis seperti bidadari.
Atom Boy sebagai "putra" kebanggaan Ozamu Tezuka, melalui komik dan tayangan kartun televisi, menurut Tezuka memang tak diciptakan menjadi pahlawan kebaikan, atau teman semua anak-anak yang kagum terhadap Atom Boy sebagai anak sains dan teknologi. "Atom Boy itu lambang dari kemajuan peradaban manusia. Anak ini adalah korban dari ambisi tak sehat seorang ayah manusia, lalu dicampakkan sebagai barang bekas percobaan yang tak berguna. Untung diselamatkan Profesor Ochanomizu dan akhirnya berguna sebagai tokoh dalam komik.

Arus komik asing terutama Jepang kini bukan barang baru di Indonesia. Begitu pun tayangan komik Jepang di televisi. Pendapat pro dan kontra soal komik itu pun muncul di mana-mana, bukan hanya di Indonesia. "Apa pun yang terjadi, bagi saya sebagai pembuat komik, saya tetap menganggap komik itu suatu benda yang benar-benar lucu dan menarik. Sebab komik itu salah satu media yang dapat menyerap intelektual manusia, serta menumbuhkan rasa saling pengertian sesama orang," ujar Tezuka. [SELESAI]

 http://komikazemedia.tripod.com/arsip/tezuka03.htm

Tidak ada komentar:

Posting Komentar